Selasa, 26 Oktober 2010

Sekilas tentang E-farming

Teknologi e-farming mengintegrasikan proses bisnis yang melibatkan petani, penyuluh lapangan, distributor sarana produksi pertanian, lembaga keuangan, pengolahan hasil pertanian, dan pemasaran (farm outlet). Semua ini memungkinkan proses evaluasi, pengawasan, analisis, dan pengambilan keputusan yang didukung teknologi informasi Sapa Mobile diakses langsung, kapan pun dan di mana pun.

Menurut Direktur Sapa, Luwarso, Sapa Mobile memberikan keuntungan kepada semua penggiat pertanian untuk mendapatkan informasi dengan mudah, murah, cepat, dan akurat dibanding sistem manual. Sebelum menggunakan Sapa Mobile, Luwarso tidak bisa memprediksi berapa banyak produksi padi yang dihasilkan petani binaannya. "Akibatnya tidak ada kepastian harga," katanya.

Tapi, menggunakan Sapa Mobile, Luwarso mudah merencanakan dan memetakan produksi pertanian. Tinggal menyalakan komputer jinjing atau ponsel dengan akses Internet, pria kelahiran 1965 ini dengan mudah mengetahui berapa banyak produksi padi per minggu, bulan, bahkan tahun. "Bulan ini ada panen 150 ton," kata insinyur pertanian ini. Data itu sangat akurat lantaran perkembangan usaha tani terus dipantaunya setiap saat lewat para penyuluh pertanian Sapa.

Misalnya, lahan pertanian Kube Tani Makmur seluas 3,4 hektare dalam jangka dua bulan ke depan akan menghasilkan gabah kering sekitar 23,8 ton (rata-rata 1 hektare menghasilkan 7 ton padi). "Seluruh keuntungan panen mutlak milik petani. Adapun keuntungan Sapa diperoleh dari selisih proses pengolahan hasil pertanian menjadi produk beras dalam kemasan yang dijual ke pasar," kata Luwarso.

Karena sukses petani merupakan sukses Sapa juga, Luwarso melakukan one stop service, mulai pendampingan pertanian sampai permodalan, agar petani berhasil dalam panen. Untuk pendampingan ini, petani tidak dikenai biaya. Luwarso yakin apabila petani berhasil panen, mereka sanggup mengembalikan modal dan menjadi petani yang sejahtera.

Ide Sapa Mobile lahir dari diskusi antara pakar teknologi mobile dari Institut Teknologi Bandung, Yusep Rosmansyah, dan Luwarso. Keduanya sepakat bahwa sistem agrobisnis di Indonesia masih menerapkan sistem terpisah dan berdiri sendiri, sehingga sering menimbulkan ketidakseimbangan proses distribusi produk-produknya, dari masalah pengembangan produk agrobisnis yang tidak terpusat, distribusi produk yang belum optimal, hingga harga produk yang fluktuatif. "Solusinya, dibutuhkan informasi cepat (real time), akurat, dan dinamis," kata Yusep.

Sejak 2007, Yusep dan Luwarso bekerja sama. Yusep yang sebelumnya mengembangkan teknologi e-learning tertarik meningkatkan kesejahteraan petani lewat e-farming. "Usaha tani salah satu faktor dominan dalam meningkatkan ekonomi nasional," kata Yusep. Lahirlah Sapa Mobile, yang merupakan turunan dari SiGokil. SiGokil adalah sistem informasi geografis, lengkap dengan foto, koordinat, alamat, dan luas.


Aplikasi SiGokil berbasis komunitas. Setiap orang yang memiliki aplikasi SiGokil di ponselnya bisa dengan mudah bertukar foto dengan teman-temannya melalui ponsel yang dilengkapi GPS (atau pakai Bluetooth GPS). Intinya, Yusep mengembangkan sebuah aplikasi bergerak agar ponsel bisa digunakan sebagai komputer mini untuk hiburan atau menunjang pekerjaan seseorang.

Selain Sapa Mobile, aplikasi SiGokil bisa dikembangkan untuk penanggulangan bencana. Aplikasi yang dimaksud Yusep adalah SiTanggap. Mirip Sapa Mobile, SiTanggap memiliki kemampuan manajerial terpusat untuk mengatasi bencana alam di suatu kawasan tertentu.

Turunan dari aplikasi SiGokil juga sangat cocok untuk kegiatan sosial. "Program corporate social responsibility bisa menggunakannya," kata Yusep. Pemangku kepentingan dalam kegiatan sosial bisa dengan mudah memonitor tingkat keberhasilan bantuan yang mereka berikan kapan pun dan di mana pun, asal dalam cakupan GPS. Ini yang membuat Kementerian Sosial berniat menerapkan Sapa Mobile untuk program-program pemberdayaannya. "Kami harus mengetahui secara langsung kemajuan masyarakat yang dibantu," kata Direktur Pemberdayaan Fakir Miskin, Teguh Haryono.

Yusep punya bukti. Berdasarkan hasil penelitian pakar agrobisnis Universitas Gadjah Mada di kawasan percontohan Sapa di Sukabumi, teknologi informasi Sapa Mobile membantu meningkatkan efisiensi lebih dari 400 persen dan peningkatan produktivitas pertanian lebih dari 20 persen. Data statistik yang diperoleh Yusep akan terus dipantau agar angka peningkatan efisiensi, produktivitas, serta dampak lainnya dapat dianalisis dan dipertanggungjawabkan secara akademis dan profesional.

Hari belum beranjak sore saat Ujang melanjutkan pekerjaannya memantau kelompok bersama yang lainnya tak jauh dari lokasi pemotretan di Kecamatan Sukalarang. Sembari melenggang pergi, Ujang melantunkan pantun menggambarkan manfaat Sapa Mobile.

sumber: http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/10/11/DGT/mbm.20101011.DGT134771.id.html

sumber gambar: